free counters

Budaya Hilang, Salah Siapa?

Oleh: Maya Avinda
Topik: Identitas Nasional
Kunjungi Artikel Asli

Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki wilayah yang luas, terbentang dari Aceh sampai ke Papua. Ada 17.504 pulau yang tersebar di seluruh kedaulatan Republik Indonesia, yang terdiri atas 8.651 pulau yang bernama dan 8.853 pulau yang belum bernama (Situmorang,2006).
Dari sekian banyak pulau tersebut, tentunya Indonesia juga memiliki keragaman suku dan budaya. Namun, selama hampir 19 tahun saya tinggal di Indonesia, saya belum pernah melihat bagaimana masyarakat Indonesia menjaga apa yang mereka miliki tersebut. 15 tahun sudah saya menghabiskan waktu di salah satu desa di negara ini. Saya senang ketika melihat masih banyak orang memakai pakaian tradisional. Namun pemandangan tersebut memudar ketika saya berpindah ke sebuah kota yang tidak terlalu besar. Cara berpakaian dan juga gaya mereka sudah berbeda dengan pemandangan yang saya lihat di desa. Mengapa budaya tradisional yang seharusnya dijaga malah terancam punah?
Pertanyaan mengenai lunturnya kebudayaan tersebut belum juga bisa berhenti sampai saya tiba di ibu kota. Jakarta merupakan pusat pemerintahan Indonesia. Di kota ini pula saya membandingkan budaya orisinil Indonesia yang terjadi. Mulai dari desa, kota kecil, dan ibu kota. Seharusnya jakarta sebagai ibu kota dapat menunjukkan identitas Indonesia. Namun malah sebaliknya, Jakarta menunjukkan pudarnya identitas Indonesia.
Bagi sebagian orang, yang disebut dengan “kebudayaan” adalah seni seperti lagu daerah, pakaian adat, tari tradisional, dsb. Memang hal tersebut benar. Namun, seni adalah sebagian kecil dari kebudayaan. Bahasa dan juga perilaku bangsa juga merupakan kebudayaan Indonesia. Sekarang kenyataannya bisa dilihat bahwa generasi muda mulai jarang menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Cara mereka berpakaian pun sudah sangat jauh dari etika dan norma Bangsa Indonesia. Tidakkah bangsa kita sendiri yang menghancurkan kebudayaannya? Bangsa Indonesia tidak mau menggunakan dan melestarikan apa yang ia punya dan malah menggunakan kebudayaan bangsa lain.
Dewasa kini, dapat disimpulkan bahwa Identitas Nasional di Indonesia sudah hampir hilang. Menurut Yasni, Identitas nasional atau Identitas bangsa merupakan tindakan kelompok yang diwujudkan dalam bentuk organisasi atau pergerakan yang diberi atribut nasional.(Sedarnawati Yasni, 2010:29). Sebagai Masyarakat yang baik, bangsa Indonesia harus mampu mempertahankan bahkan mengembangkan apa yang telah mereka miliki. Apalagi dalam hal ini, kebudayaan merupakan salah satu identitas nasional yang harus dijaga sebagai simbol yang bisa membedakan antara negara Indonesia dengan negara yang lain. Pada kenyataannya, masyarakat malah ingin menghapus kebudayaannya sendiri dengan cara menggunakan kebudayaan negara lain sebagai pedoman.
Ditengah-tengah acuhnya masyarakat terhadap budaya Indonesia, munculah suatu masalah dengan negara lain mengenai klaim budaya. Malaysia merupakan salah satu negara yang mengklaim kebudayaan Indonesia sebagai kebudayaan Malaysia. Lalu apa sikap masyarakat Indonesia? Apa tanggapan mereka? Awalnya mereka tetap acuh saja mengetahui bahwa kebudayaannya telah dicuri oleh negara lain. Namun, saat mereka tahu bahwa batik juga diklaim, mereka mulai menampakkan tanggapan mereka. Marah dan jengkel adalah tanggapan yang mereka keluarkan. Apakah memang hanya Malaysia yang salah karena telah mengklaim kebudayaan Indonesia?
Apakah ketika ada sebuah rumah yang dirampok karena si pemilik rumah lupa mengunci pintu rumahnya, maka hanya si perampok yang disalahkan? Si perampok tidak akan memiliki kesempatan jika pemilik rumah tidak lupa mengunci pintu rumahnya. Itulah kenyataan yang terjadi saat ini. Malaysia tidak akan mencuri kebudayaan Indonesia jika Indonesia mau menjaga kebudayaan yang ia miliki. Maka ketika Malaysia mengklaim kebudayaan Indonesia, bukan hanya Malaysia yang bisa disalahkan. Bangsa Indonesia sendirilah yang belum bisa menjaga dan memanfaatkan apa yang telah ia miliki. Maka, saat Malaysia mengetahui hal tersebut, seakan akan ia mendapatkan peluang untuk mencuri kebudayaan Indonesia. Tapi kenapa saat masyarakat Indonesia mengetahui bahwa kebudayaannya telah dicuri, mereka harus marah? Bukankah selama ini mereka tidak peduli terhadap budaya mereka yang sangat bervariasi. Apa bangsa Indonesia menunggu harus ada bangsa lain yang mencuri kebudayaan mereka?
Tidak seharusnya bangsa Indonesia meluapkan kemarahan sampai berdemo dimana-mana seperti yang dilakukan rakyat Bali saat tari pendet di klaim sebagai tarian tradisional malaysia. Seharusnya bangsa Indonesia justru berterima kasih terhadap Malaysia karna telah menyadarkan bangsa Indonesia betapa berharganya kebudayaan yang Indonesia miliki. Tapi pada kenyatannya, masyarakat Indonesia tidak mau mengakui hal tersebut, mereka hanya berpikir bahwa Malaysia hanyalah pencuri. Mereka tidak pernah menyadari bahwa klaim terebut malah bisa membuat masyarakat Indonesia lebih mencintai kebudayaan Indonesia.
Pemerintah Indonesia juga lambat mengatasi masalah-masalah seperti ini. Jika memang pemerintah tanggap dan cekatan menangani masalah kebudayaan, pasti negara lain tidak akan bisa mengklaim kebudayaan Indonesia. Seharusnya, dari awal pemerintah sudah mengesahkan yang mana saja kebudayaan-kebudayaan yang merupakan milik Indonesia. Pada hal ini pemerintah sangat kurang tegas menyikapi pengesahan kebudayaan dan saat pemerintah Malaysia mengklaim kebudayaan Indonesia, barulah pemerintah ikut kebingungan menghadapi masalah tersebut.
Memang, negara ini seharusnya memperbaiki pola pikir dari masyarakatnya. Karena suatu negara sangat membutuhkan partisipasi dari masyarakat setempat. Beberapa hal yang bisa dilakukan yang pertama adalah menyadarkan masyarakat betapa pentingnya menjaga kebudayaan-kebudayaan. Untuk saat ini mungkin akan lebih mudah memberikan penyuluhan-penyuluhan kepada masayarakat mengenai menjaga budaya. Karena mereka telah mengetahui bagaimana rasanya budaya mereka diklaim oleh negara lain. Selain itu menyadarkan masyarakat juga harus sejak dini. Hal yang paling mudah dilakukan adalah melalui akademik. Jika sampai saat ini, disekolah-sekolah hanya diajarkan nama-nama suku, tarian, lagu daerah. Maka untuk selanjutnya siswa harus mampu menerapkan kebudayaan Indonesia tersebut dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Hal kedua yang dapat dilakukan adalah dengan cara sering memanfaatkan budaya dalam kehidupan. contohnya, memakai batik pada hari tertentu, dengan demikian, masyarakat akan mencintai batik dan berusaha menjaga kebudayaan yang dimilikinya dan kita menunjukkan pada dunia bahwa batik adalah kebudayaan sah milik bangsa Indonesia.
Dari segi musik, kita juga dapat melestarikan kebudayaan Indonesia dengan cara mencampurkan musik pop, rock, atau apapun dengan keroncong misalnya. Hal ini sudah dilakukan oleh Bondan prakoso feat fade 2 black dengan lagu mereka yang berjudul “keroncong protol”, lagu ini merupakan lagu rap, yang pada beberapa nadanya menggunakan nada keroncong. Hal ini dapat mengingatkan kembali kepada masyarakat Indonesia bahwa mereka juga memiliki musik yang khas. Dengan demikian, masyarakat yang mendengarnya akan merindukan kekhasan lagu keroncong tersebut. Bahkan saya pernah melihat di Acara on the spot trans7 yang menyebutkan bahwa pengarang lagu “to love you more” yang dipopulerkan oleh Celine Dion yaitu David Foster mengatakan bahwa ia mendapat inspirasi menciptakan nada lagu tersebut dari keroncong Indonesia. Jika kita bisa memanfaatkan dan melestarikan budaya Indonesia, pasti kita akan dapat memajukan Indonesia melalui kebudayaannya.



Referensi:
Situmorang, Sodjuangan. (2006). Pentingnya Dokumentasi Toponimi untuk
Mendukung Tata Pemerintahan yang Baik. Jakarta. Makalah dalam The 13th Asia
South East & Pacific South West Divisional Meeting, 24—25 August 2006.

Yasni, Sedarnawati.(2010). Citizenship. Jakarta. Media Aksara

0 comments:

Posting Komentar